MATERIAL HANDLING DAN TIPE TIEP LAYOUT SERTA
PENENTUAN LAYOUT SECARA MAKSIMAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
pada Mata Kuliah Manajemen operasi
Oleh :
Nama :
Islakhul Qonitah
Nim : 2013114193
Kelas :
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa
ini produksi dan operasi adalah unsur penting dalam sebuah perusahaan.
Kelangsungan hidup mati suatu perusahaan terdapat pada produksi dan operasinya.
Perusahaan dapat berjalan sebagaimana seperti perusahaan lain jika dalam
perusahaan tersebut ada kegiatan produksi dan operasi. Kegiatan produksi dan
operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan
perusahaan kepada konsumen. Kegiatan ini dalam banyak perusahaan melibatkan
bagian terbesar dari karyawan dan mencakup jumlah terbesar dari asset
perusahaan. Oleh karena itu, kegiatan produksi dan operasi menjadi salah satu
fungsi utama perusahaan. Melalui kegiatan produksi dan operasi segala sumber
daya masukkan perusahaan diintegrasikan untuk menghasilkan keluaran yang
memiliki nilai tambah. Produk yang dihasilkan dapat berupa barang jadi, barang
setengah jadi dan jasa. Bagi orientasi pada laba, produk ini akan dijual untuk
memperoleh keuntungan. Hal baku dalam hal ini adalah sebagai bagian dari aktifa
yang meliputi bahan baku, ataupun barang setengah jadi yang akan mengalami
suatu proses produksi. Pada prinsipnya persediaan bahan baku ditujukan untuk
mempermudah atau memperlancar jalannya jalannya operasi perusahaan yang harus
dilakukan secara berurutan dalam upaya memproduksi barang jadi atau produk.
Sesuai
dengan tujuan semula yaitu melancarkan proses produksi yang efektif dan efisien
, maka perlu diperhatikan akan ketersediaan bahan baku, dengan jumlah tidak
terlalu besar , sehingga biaya yang ditimbulkan relatif kecil. Tetapi uga tidak
terlalu sedikit, sehingga mengganggu jalannya proses produksi. Karena itu
diperlukan pengelolaan yang berorientasi mengurangi terjadinya resiko.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian
material handling ?
2. Apa pengertian
layout?
3. Apa saja
jenis-jenis layout ?
4. Bagaimana
metode atau teknik perencanaan layout?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Material
handling
1.
Pengertian Pengendalian Material (Material
Handling)
Material handling adalah
suatu seni dan ilmu untuk memindahkan, membungkus, dan menyimpan bahan-bahan
dalam segala bentuk (B.K. Hedge, 1972).
Material handling adalah suatu bagian yang integral dari proses
produksi yangmeliputi penyimpanan, pemuatan, penuranan, dan juga
bagian transportasi mengangkut material ke
pengepakan sampai barang jadi yang siap dipasarkan. (John A Stubin, dalani Business Management).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dikatakan
bahwa material handling adalah
kegiatan mengangkat, mengangkut, meletakkan bahan-bahan dalam proses di dalam pabrik, kegiatan ini dimulai sejak bahan-bahan masuk,
atau diterima dipabrik, sampai pada saat
barang jadi dikeluarkan dari pabrik.
2.
Tujuan Pengendalian
Material (Material Handling)
Tujuan material handling adalah sebagai
berikut:
a.
Menyediakan atau
menempatkan bahan-bahan di tempat kerja, "Make Ready"
b.
Melakukan kegiatan yang nyata dalam pengolahan
atau pembuatan barang "Do"
c.
Memindahkan barang-barang,
bahan-bahan dari tempat kerja "Put Away ".
Pada dasarnya tujuan di adakannya material
handling adalah untuk menghilangkan pemborosan atau in-efisiensi.
Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa tujuan materialhandling adalah untuk mengangkat,
mernindahkan serta menempatkan material pada saat dibutuhkan, dan untuk melancarkan proses produksi agar barang-barang
dapatdiselesaikan tepat pada waktunya, serta untuk menekan biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi.
3.
Hal – Hal yang Perlu
Diperhatikan dalam Pengendalian Material(Material Handling)
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah:
a.
Produk, bentuk dan
ukuran, jumlah unit rata-rata yang harus dipindahkan, daya tahan terhadap getaran dan benturan, bentuk dari bahan baku, dan barang
setengah jadi yang harus dipindahkan.
b. Pabrik, lokasi pintu, lokasi tangga, daya tahan lantai, letak rungan,
dan jalur yangtersedia.
c. Proses produksi, urutan, arah pemindahan material, dan perlengkapan
produksi.
d. Peralatan material handling,
4.
Prinsip Sistem Pengendalian Material Handling
Prinsip dasar sistem material handling ada 17,
yakni :
a.
Sistem material handling yang
disusun harus memenuhi tujuan dan persyaratan dasar.
b.
Sistem penanganan dan penyimpanan hendaknya terintegrasi.
c.
Peralatan material handling dan
prosedurnya didesain sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor kemampuan
manusia dan keterbatasannya.
d.
Metode dan peralatan material handling yang
dipilih harus memberikan biaya per unit angkut yang rendah.
e.
Faktor pemakaian energi dari sistem material
handling dan prosedurnya harus diikutsertakan dalam melakukan justifikasi
ekonomi.
f.
Pemakaian ruangan yang seefektif mungkin.
g.
Sedapat mungkin memanfaatkan gaya berat dalam
memindahkan material dengan tetap memperhatikan keterbatasan.
h.
Gunakan komputerisasi dalam material
handling.
i.
Dalam penanganan dan penyimpanan arus data
harus terintegrasi dengan arus fisik material.
j.
Urutan operasi dan tata letak peralatan harus
efektif dan efisien.
k.
Standarisasikan metode dan peralatan material
handling.
l.
Mekanisasikan peralatan material
handling untuk efisiensi.
m.
Metode dan peralatan material handling harus
mempunyai dampak minimal terhadap lingkungan.
n.
Metode penanganan harus sesederhana mungkin
dengan mengeliminasi, mengurangi atau mengkombinasikan gerakan dan atau
peralatan yang tidak perlu.
o.
Metode dan peralatan harus bisa menangani
berbagai kondisi operasi.
p.
Metode dan peralatan material handling harus
sesuai dengan peraturan keselamatan yang berlaku.
q.
Sistem material handling harus mencakup jadwal
pemeliharaan, jadwal perbaikan, serta kebijakan jangka panjang.
5.
Manfaat dari Pengendalian Material (Material Handling)
Manfaat yang diperoleh
dari material handling adalah:
a.
Penghematan biaya
produksi, penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan lebih efisien, serta meningkatkan produktifitas perusahaan.
b.
Pengurangan sisa afval,
yaitu produk-produk yang tidak sesuai standar.
c.
Menaikkan luas
produksi.
d.
Peningkatan kondisi kerja
karyawan.
e.
Distribusi material akan
berjalan lebih baik.
6.
Hal-hal yang Dapat Dilakukan untuk Menurunkan
Biaya Material Handling.
Penurunan biaya material handling dapat
diusahakan dengan cara:
a.
Pengurangan jumlah dan jarak pengangkutan. Hal
ini dapat ditempuh dengan mengadakan perubahan terhadap layout.
b.
Pengurangan waktu yang dibuthkan di dalam
pengangkutan bahan. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi atau menghilangkan
sama sekali waktu-waktu menunggu (waiting time). Dengan melakukan penghematan
terhadapwaktu maka akan terdapat penghematan berbagai macam biaya disampung itu
jadwak waktupun dapat dipercepat. Penghematan waktu berarti pula pemanfaatan
alat-alat material handling secara
lebih efektif.
c.
Pemilihan alat pengangkutan bahan yang tepat
Alat-alat pengangkutan bahan harus dipilih agar biaya operasional dan biaya
modalnya minimum, terdapat keluwesan yang tinggi dalam pengangkutan bahan-bahan
memiliki tingkat keselamatan yang tinggi, dan sebagainya.
B.
Pengertian
Layout
Layout
dapat didefinisikan sebagai penataan fasilitas operasi secara ekonomis (Mitra
Bestari, 2004:59). Sedangkan menurut Zulian
Yamit (1996:120), perencanaan layout adalah rencana pengaturan semua fasilitas
produksi guna memperlancar proses produksi yang efektif dan efisien. Krajewski
& Ritzman (2002:445) mengartikanperencanaan layout sebagai perencanaan yang
meliputi pengambilan keputusan tentang berbagai pusat aktivitas fisik dan
fasilitas ekonomi perusahaan.
Jadi
pengertian diatas, perencanaan layout adalah perencanaan pengaturan tataletak
bangunan, tata ruang kerja, pengaturan letak berbagai mesin-mesin)peralatan
yang berada dalam bangunan yang diperlukan dalam proses produksi. Sedangkan
tujuan dari perencanaan layout adalah meminimumkan biaya atau meningkatkan
efisiensi dalam pengaturan segala fasilitas produksi dan area kerja.[1] Adapun manfaat dari perencanaan layout
adalah (Yulian Zamit dalam D. Sunyoto & D. Wahyudi 2011: 77):
a.
Meningkatkan jumlah produksi
b.
Mengurangi waktu tunggu
c. Mengurangi proses
pemindahan bahan
d. Penghematan
penggunaan ruangan
e. Efisiensi
penggunaan fasilitas
f. Mempersingkat
waktu proses
g. Meningkatkan
kepuasan dan keselamatan kerja
h. Mengurangi
kesimpangsiuran
C.
Jenis-jenis
layout
Keputusan mengenai tata letak
meliputi penempatan mesin pada tempat terbaik ( dalam pengaturan produksi),
kantor dan meja-meja (pada pengatura kantor ) atau pusat pelayanan (dalam
pengaturan rumah sakit atau departemen store). Layout yang efektif
memfasilitasi terjadinya aliran bahan, manusia, dan informasi didalam suatu
wilayah dan antar wilayah.[2] Menurut
Russel dan Taylor (2000) tata letak dibedakan menjadi enam, yaitu:
1)
Tata
letak berorientasi produk (product layout)
Product layout lazim pula disebut
dengan flow shop or continuous production system layout adalah penataan mesin,
fasilitas, dan peralatan produksi menurut urutan pengerjaan untuk menyelesaikan
pembuatan suatu produk atau jasa yang akan diserahkan. Unit-unit yang
diproduksi akan memiliki urutan proses pengerjaan yang sama.[3]
Tata letak produk ini, digunakan apabila :
(a)
Volume yang ada mencukupi untuk utilisasi
peralatan yang tinggi.
(b)
Permintaan produk cukup stabil untuk memberikan
kepastian akan penanaman modal yang besar untuk peralatan khusus.
(c)
Produk distandarisasi atau mendekati sebuah
fase dalam siklus hidupnya, yang memberikan penilaian adanya penanaman modal
pada peralatan khusus.
(d)
Pasokan bahan baku dan komponen mencukupi dan
mempunyai kualitas yang seragam (cukup terstandarisasi) untuk memastikan bahwa
mereka dapat dikerjakan dengan peralatan khusus tersebut.
Terdapat dua
jenis tata letak yang berorientasi pada produk, yaitu lini pabrikasi dan
perakitan. Lini pabrikasi (fabrication line) membuat komponen
seperti ban mobil dan komponen logam sebuah kulkas pada beberapa mesin. Lini
perakitan ( assembly line ) meletakkan komponen yang di pabrikasi
secara bersamaan pada sekumpulan stasiun kerja. Kedua lini ini merupakan proses
yang berulang, dan dalam kedua kasus, lini ini harus “seimbang”, yaitu waktu
yang dihabiskan untuk mengerjakan suatu pekerjaan harus sama atau seimbang
dengan waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan pekerjaan pada mesin berikutnya
pada lini pabrikasi, sebagaimana waktu yang dihabiskan pada satu stasiun kerja
oleh seoarang pekerja di lini perakitan harus “seimbang” dengan waktu yang
dihabiskan pada stasiun kerja berikutnya yang dikerjakan oleh pekerja
berikutnya.
Menurut Chase
(2001) dalam Sri Joko (2004), terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan
untuk merancang layout produk, antara lain :
1.
Identifikasi elemen kerja yang diperlukan dalam
proses produksi beserta pola urutannya dan gambar ke dalam diagram urutan.
2.
Tentukan kecepatan produksi yang harus
dilakukan perusahaan agar dapat mencapai target produksi yang ditentukan.
Kecepatan produksi ini biasanya disebut sebagai waktu siklus (cycle time)
yaitu jumlah waktu maksimum yang diperlukan setiap stasiun kerja untuk
mengerjakan setiap item produk agar target produksi yang ditetapkan dapat
tercapai. Cycle time dapat dihitung dengan cara membagi waktu yang
tersedia dengan jumlah produk yang direncanakan untuk dibuat.
C = waktu yang tersedia (menit) x 1/jumlah
produk
3.
Tentukan jumlah stasiun kerja minimal yang
diperlukan.
N
= jumlah dari (ti x C)
Dimana:
N= jumlah senyatanya stasiun kerja
ti= waktu yang diperlukan
untuk elemen i
C = Cycle Time
4.
Tentukan
aturan untuk memasukkan elemen kerja ke dalam stasiun kerja, karena terdapat
beberapa aturan untuk memasukkan elemen kerja ke dalam stasiun kerja, antara
lain: pembobotan urutan kedudukan, waktu operasi paling lama, waktu operasi paling
pendek, jumlah tugas terbanyak yang mengikuti dan jumlah paling sedikit tugas
yang mengikuti
5.
Evaluasi
layout tersebut dengan melihat tingkat efisiensi yang dicapai dan presentase
waktu yang terbuang. Untuk mencapai efisiensi yang maksimal,
maka dibutuhkan Stasiun kerja yang seminimal mungkin agar mendekati hasil yang
optimal.
Contoh soal
layout produk dengan line balancing:
Sebuah
perusahaan merencanakan untuk memproses produk sebanyak 300 unit perbulan (25
hari kerja). Suatu hari perusahaan bekerja 8jam (1 shift) dengan processing
pekerjaan sebagai berikut:[4]
Pekerjaan
|
Pekerjaan sebelumnya
|
Waktu (menit)
|
A
|
-
|
20
|
B
|
A
|
37
|
C
|
A
|
21
|
D
|
A
|
18
|
E
|
C : D
|
19
|
F
|
B ; E
|
39
|
G
|
F
|
36
|
Total Waktu
|
190
|
Persoalan yang
dihadapi adalah bagaimana network diagram setiap pekerjaaan, berapa banya
stasiun kerja yang diperlukan dan bagaimana penempatan stasiun kerja tersebut
serta berapa tingkat efisinsi yang dicapai! Jawab:
Network dari
soal di atas adalah sebagi berikut:
Menetukan cycle
time:
r = (300
unit/25 hari) (1 hari/8 jam) = 12 unit/hari = 1,5 unit/jam
c = (1/1,5) (60
menit/jam) = 40 menit/unit
atau:
cycle time =
(waktu tersedia / jumlah produksi)
= (25 hari x 8
jam x 60 menit) : 300 unit
= 12.000 : 300
= 40
Jumlah stasiun
kerja = TM = t/c = 190/40
= 4,75 = 5
stasiun kerja.
Efisinsi =
output/input
= total waktu
pekerjaan / (TM) x c
= 190 / 5 x 40
= 0,95 = 95 %
Balance day = 1
– efisiensi = 1 – 95% = 5%
Dari hasil di
atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Tingkat pengangguran adalah sebesar 5%,
sehingga tingkat efisiensi sebesar 95%
b.
Jumlah stasiu kerjanya sejumlah 5 stasiun
kerja, dengan pengelompokan sebagai berikut:
Stasiun Kerja
|
Anggota Stasiun Kerja
|
Waktu Total Dalam Stasiun Kerja (Menit)
|
I
|
A ; D
|
38
|
II
|
B
|
37
|
III
|
C ; E
|
40
|
IV
|
F
|
39
|
V
|
G
|
36
|
Total
|
190
|
Keuntungan
utama dari tata letak yang berorientasi pada produk adalah:
a.
Rendahnya biaya variabel per unit yang biasanya
dikaitkan dengan produk yang terstandarisasi dan bervolume tinggi.
b.
Biaya penanganan bahan yang rendah.
c.
Mengurangi persediaan barang setengah jadi.
d.
Proses pelatihan dan pengawasan yang lebih
mudah.
e.
Hasil keluaran produksi yang lebih cepat.
Kelemahan tata
letak yang berorientasi pada produk adalah:
a.
Dibutuhkan volume yang tinggi, karena modal
yang diperlukan untuk menjalankan proses cukup besar.
b.
Adanya pekerjaan yang harus berhenti pada
setiap titik mengakibatkan seluruh operasi pada lini yang sama juga terganggu.
c.
Fleksibilitas yang ada kurang saat menangani
beragam produk atau tingkat produksi yang berbeda.[5]
2)
Tata
letak berorientasi proses (process layout)
Tata
letak yang berorientasi pada proses (process-oriented layout) dapat menangani
beragam barang atau jasa secara bersamaan. Ini merupakan cara tradisional untuk
mendukung sebuah strategi diferensiasi produk. Tata letak ini paling efisien di
saat produk yang memiliki persyaratan berbeda, atau di saat penanganan
pelanggan, pasien atau klien dengan kebutuhan yang berbeda. Tata letak yang
berorientasi pada proses biasanya memiliki strategi volume rendah dengan
variasi tinggi.
Dalam
perancangan tata-letak berorientasi proses, taktik yang paling umum adalah
mendekatkan departemen-departemen yang mempunyai interaksi tinggi sehingga
meminimumkan biaya penanganan material. Dalam
perancangan tata-letak berorientasi
proses, taktik yang
paling umum adalah mendekatkan
departemen-departemen yang mempunyai
interaksi tinggi sehingga
meminimumkan biaya penanganan material.
Contoh soal
untuk layout proses:
Perusahaan
akanmengevaluasi layout yang ada sekarang. Lay out yang ada sekarang adalah:
E
|
B
|
F
|
A
|
C
|
D
|
Informasi
matriks perjalanan barang antar departemen adalah sebagai berikut:
Departemen
|
Perjalanan antar departemen
|
|||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
|
A
|
8
|
3
|
9
|
5
|
||
B
|
3
|
|||||
C
|
8
|
9
|
||||
D
|
3
|
|||||
E
|
3
|
|||||
F
|
Pertanyaan data
di atas, apakah layout sekarang sudah efisien?
Jawab:
Ranking urutan
beban:
Hubungan Antar Departemen
|
Beban
|
Ranking
|
A-B
|
8
|
IV
|
A-C
|
3
|
VI
|
A-E
|
9
|
I
|
A-F
|
5
|
V
|
B-D
|
3
|
VII
|
C-E
|
8
|
III
|
C-F
|
9
|
II
|
D-F
|
3
|
VII
|
E-F
|
3
|
IX
|
Dari
perankingan di atas dapat disusun alternatif layout sebagai berikut:
A
|
E
|
C
|
B
|
D
|
F
|
Alternatif
I layout
proses
Dari gambar
alternatif I diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Beban terbesar
dari transportasi antar departemen setelah di adakan perankingan, maka CF dan
AE harus saling berdekatan. Karena mempunyai beban terbesar yaitu 9, antara C
dan E mendapat urutan prioritas kedua untuk di dekatkan. Karena berada di
ranking II, dan A dengan B juga harus didekatkan, karena berada pada ranking ke
IV.
A
|
E
|
D
|
B
|
C
|
F
|
Alternatif
II layout
proses
Dari gambar alternatif
II di atas dilakukan dengan cara saling mendekatkan departemen yang mempunyai
beban besar sesuai dengan hasil perankingan.
Dari kedua
gambar di atas, maka dapat disusun tabel load distance untuk kedua
alternatif diatas sebagai berikut:
Perhitungan load
distance untuk layout saat ini, alternatif I dan II.
Dari-ke
|
Beban (l)
|
Lay out saat ini
|
Alternatif I
|
Alternatif II
|
|||
Jarak (d)
|
l x d
|
Jarak (d)
|
l x d
|
Jarak (d)
|
l x d
|
||
A-B
|
8
|
2
|
16
|
1
|
8
|
1
|
8
|
A-C
|
3
|
1
|
3
|
2
|
6
|
2
|
6
|
A-E
|
9
|
1
|
9
|
1
|
9
|
1
|
9
|
A-F
|
5
|
3
|
15
|
3
|
15
|
3
|
15
|
B-D
|
3
|
2
|
6
|
1
|
3
|
3
|
9
|
C-E
|
8
|
2
|
16
|
1
|
8
|
1
|
8
|
C-F
|
9
|
2
|
18
|
1
|
9
|
1
|
9
|
D-F
|
3
|
1
|
3
|
1
|
3
|
1
|
3
|
E-F
|
3
|
2
|
6
|
2
|
6
|
2
|
6
|
jumlah
|
92
|
67
|
73
|
D
D
Dari tabel di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa alternatif I merupakan desain layout proses
yang paling efisien, dibanding alternatif II dan layout saat ini, karena
mempunya load distance yang paling kecil.[6]
·
Kelebihan dan Kelemahan Tata Letak Berorientasi
Pada Proses
Kelebihan
utama dari tata letak ini adalah adanya fleksibilitas peralatan dan penugasan
tenaga kerja. Sebagai contoh, jika terjadi kerusakan pada satu mesin, proses
produksi secara keseluruhan tidak perlu berhenti; pekerjaan dapat dialihkan pada
mesin lain dalam departemen yang sama. Tata letak ini juga sangat baik untuk
menangani produksi komponen dalam batch yang kecil, atau disebut job lot, dan
untuk memproduksi beragam komponen dalam ukuran dan bentuk yang berbeda.
·
Kelemahan tata letak ini terletak pada
peralatan yang biasanya memiliki kegunaan umum. Pesanan akan menghabiskan waktu
lebih lama untuk berpindah dalam sistem karena penjadwalan yang sulit,
penyetelan mesin yang berubah, dan penanganan bahan yang unik. Sebagai
tambahan, peralatan yang memiliki kegunaan umum, membutuhkan tenaga kerja yang
terampil, dan persediaan barang setengah jadi menjadi lebih tinggi karena
adanya pelatihan dan pengalaman yang dibutuhkan, dan jumlah barang setengah
jadi yang tinggi membutuhkan modal yang lebih banyak.
3)
Tata
letak posisi tetap (fixed position layout)
Tata
letak ini digunakan dalam perusahaan manufaktur dan jasa dengan lokasi yang
tetap,sementara karyawan dan pelaratan di datangkan kelokasi tersebut. Tata
letak posisi tetap digunakan apabila produk yang dihasilkan sulit di bawa,
seperti gedung, lokomotif bendungan.
Teknik
dengan posisi tetap tidak dikembangkan dengan baik dan kerumitanya bertambah
karena adanya tiga factor, yaitu :
a)
Terbatasnya tempat pppada semua lokasi produksi
b)
Setiap tahapan yang berbeda pada proses
konstruksi membutuhkan bahan yang berbeda
c)
Volume bahan yang dibutuhkan adalah dinamis
Contohnya : tingkat penggunaan panel baja untuk galangan kapal
dapat berubah sejalan dengan perkembangan proyek.
4)
Tata
letak gudang (warehouse layout)
Storage
atau warehouse atau inventory adalah gudang penyimpanan untuk tempat menyimpan
material baik bahan baku, barang setengah jadi maupun barang jadi yang siap
dikirim ke pelanggan. Sebagian besar material disimpan di gudang di lokasi
tertentu sampai material tadi diperlukan dalam proses produksi. Bentuk gudang
tergantung ukuran dan kuantitas komponen dalam persediaan dan karakter sistem
penanganan bahan dari produk atau kontainer yang digunakan. Fungsi inventory :
a)
Memisahkan berbagai material untuk proses
produksi
b)
Menyediakan material untuk pilihan pelanggan
c)
Mengambil keuntungan diskon
d)
Menjaga pengaruh inflasi
Tujuan tata
letak gudang (warehouse layout) adalah untuk menemukan titik optimal antara
biaya penanganan bahan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan luas ruang dalam
gedung. Sebagai konsekuansinya adalah memaksimalkan penggunaan sumber daya
(ruang) dalam gudang, yaitu memanfaatkan kapasitas secara penuh dengan biaya
perawatan material rendah. Biaya penanganan bahan adalah biaya-biaya yang
berkaitan dengan tranfortasi material masuk, penyimpanan, dan transformasi
bahan keluar untuk dimasukkan dalam gudang. Biaya-biaya ini meliputi peralatan,
orang, bahan, biaya pengawasan, asuransi, dan penyusutan. Tata letak gudang
yang efektif juga meminimalkan kerusakan material dalam gudang.[7] Maka
dalam perencanaan gudang dan sistem pergudangan diperlukan hal-hal berikut
ini :
a.
Memaksimalkan penggunaan ruangan
b.
Memaksimalkan penggunaan peralatan
c.
Memaksimalkan penggunaan tenaga kerja
d.
Memaksimalkan kemudahan dalam penerimaan
seluruh material dan pengiriman material
e.
Memaksimalkan perlindungan terhadap material
Jenis
Inventory :
a.
Raw material (Bahan baku)
b.
Work-in-progress (Setengah Jadi)
c.
Maintenance/repair/operating supply
d.
Finished goods (Barang Jadi)
Tempat penyimpanan
Dari
beberapa jenis gudang di atas, penyimpanannya dilakukan dengan beberapa cara.
Antara lain dengan masa waktu penyimpanan, yang dibedakan menjadi dua yaitu
gudang temporare yang berarti material yang disimpan hanya untuk sementara, dan
gudang semi permanent yaitu tempat untuk penyimpanan material yang kemudian
siap untuk dilakukan pengiriman material.
a)
Penyimpanan Sementara
Suatu
proses produksi yang dilakukan dengan melewati beberapa proses akan
menghasilkan material setengah jadi, yaitu material yang harus menunggu
dilakukan proses berikutnya. Barang setengah jadi ini yang telah diproses pada
suatu proses harus disimpan dahulu untuk melaksanakan proses berikutnya. Untuk
material setengah jadi proses penyimpanan dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, material tersebut disimpan dalam tempat tertentu yang agak lama untuk
proses berikutnya sampai material tersebut diperlukan kembali. Kedua, menaruh
barang setengah jadi tersebut dengan berada dekat mesin atau tempat kerja.
b)
Penyimpanan Semi Permanent
Penyimpanan
semi permanent merupakan penyimpanan untuk material- material menunggu perintah
untuk dikeluarkan. Yang termasuk dalam penyimpanan ini adalah material produk
jadi, material sisa, skrap, dan barang buangan yang masih sering dibutuhkan.
Saat ini, semakin banyak gudang yang
ditempatkan bersebelahan dengan bandara besar, seperti dalam fasilitas yang
dimiliki oleh terminal Federal Express di Memphis. Menambahkan nilai gudang
yang bersebelahan dengan bandara besar memungkinkan dilakukannya pengiriman
dalam satu malam. Sebagai contoh, jika terminal computer Anda rusak,
penggantinya dapat dikirimkan kepada anda dari sebuah gudang untuk diantarkan
keesokan paginya. Saat terminal lama Anda tiba kembali ke gudang, terminal itu
akan diperbaiki dan dikirim kepada orang lain lagi. aktivitas penambahan nilai
seperti ini pada “gudang semu” mengontribusikan strategi-strategi kustomisasi,
biaya rendah, dan respons cepat
5)
Tata
letak kantor (office layout)
Adalah cara mengelompokkan pekerja, perlengkapan
pekerja, dan ruang denganmempertimbangkan kenyamanan, keamanan, dan pergerakan
informasi. Hal yang membedakan antar layout kantor dan pabrik adalah pada
kepentingan informasi. Tata letak dan fungsi kantor terus berubah akibat
perubahan teknologi. Walaupun begitu, analisis tata letak kantor masih
memerlukan pendekatan berbasis tugas, korespondensi lewat kertas, kontrak,
dokumen hukum, dokumen klien, naskah cetak, gambar, dan desain masih memegang
peraan besar di banyak kantor.
Cara penyelesaian layout kantor adalah
menggunakan analisa diagram hubungan (relationship chart). Diagram yang
disiapkan untuk sebuah kantor desainer produk menyatakan kepala bidang
pemasaran haruslah:
a.
Dekat dengan wilayah desainer,
b.
Kurang dekat dengan sekretaris pusat,
c.
Tidak dekat sama sekali dengan ruang fotokopi
atau departemen keuangan.
Pada layout ini
ada dua kecenderungan yang perlu diperhatikan. Pertama, teknologi
seperti telepon seluler, pager, fax, internet, laptop PDA menyebabkan layout
perkantoran menjadi makin fleksibel dengan memindahkan informasi secara
elektronik. Kedua, perusahaan modern menciptakan kebutuhan dinamis
akan ruang dan jasa. Kedua macam kecenderungan ini mengakibatkan kebutuhan
karyawan lebih sedikit berada di kantor.
6)
Tata
letak ritel (retail layout)
Merupakan
sebuah pendekatan yang berkaitan dengan aliran pengalokasian ruang dan merespon
pada perilaku konsumen. Layout ini didasarkan pada ide bahwa penjualan
dan keuntungan bervariasi kepada produk yang menarik perhatian konsumen.
Sehingga banyak manajer ritel mencoba untuk mempertontonkan produk kepada
konsumen sebanyak mungkin. Penelitian membuktikan bahwa semakin besar produk
terlihat oleh konsumen maka penjualan akan semakin tinggi dan tingkat
pengembalian investasi semakin tinggi. Untuk itu manajer operasional perusahaan
ritel dapat melakukan pengubahan pengaturan toko secara keseluruhan atau
alokasi tempat bagi beragam produk dalam toko. Ada lima ide
yang dapat dimanfaatkan dalam pengaturan toko yaitu:
a.
Tempatkan barang-barang yang sering dibeli di
sekitar batas luar toko.
b.
Gunakan lokasi yang strategis untuk produk yang
menarik dan mempunyai nilai keuntungan besar seperti kosmetika, asesories.
c.
Distribusikan “produk kuat” yaitu yang menjadi
alasan utama para pengunjung berbelanja, pada kedua sisi lorong dan letakkan
secara tersebar untuk bisa dilihat lebih banyak konsumen.
d.
Gunakan lokasi ujung lorong karena memiliki
tingkat pertontonan yang tinggi
e.
Sampaikan misi toko dengan memilih posisi yang
menjadi penghentian pertama bagi konsumen.
D.
Metode-metode layout:
a.
Analisa layout
a.
Diagram perakitan (bagan proses) yang
menunjukkan bagaimana proses produksi dari bahan mentah sampai produk akhir
dilaksanakan.
b.
Daftar kebutuhan operasi, untuk membuat
komponen-komponen, didapatkan dari departemen teknik
b.
Penentuan suatu layout baru
Adalah
dengan memperhatikan produk dari sudut pandangan penanganan bahan (materials
handling).
a.
Apakah produk besar dan padat atau besar dari
ringan?
b.
Bagaimana tentang bentuknya apakah panjang dan
tipis, atau lentur, atau mudah ditumpuk?
c.
Bagaimana tentang risiko kerusakannya? Apakah
mudah patah atau rusa, atau berbahaya dan sukar dibungkus, atau tahan terhadap
karat? Apakah mengandung minyak dan lemak? Atau apakah produk kering dan bersih.
d.
Memperhatikan kuantitas setiap produk
Bila kebutuhan
kuantitas produk cukup besar, layout produk dengan menggunakan pengangkutan
barang semacam ban berjalan dapat dikembangkan. Bila volume produksi kecil,
pengaturan dengan layout fungsional cukup beralasan untuk tetap digunakan.
Dalam banya kasus, minimisasi biaya transportasi dalam pabrik merupakan
pertimbangan penting dalam layout.
c.
Menggambarkan kebutuhan lantai (ruang) yang
menunjukkan seluruh bagian-bagian tetap atau semi tetap, segala sesuatu yang
tidak dapat diubah atau dipindah dengan mudah.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perencanaan
layout adalah perencanaan yang meliputi pengaturan tata letak bangunan, tata
ruang kerja, pengaturan letak berbagai mesin-mesin / peralatan yang berada
dalam bangunan yang diperlukan dalam proses produksi. Sedangkan tujuan dari perencanaan
layout adalah meminimumkan biaya atau meningkatkan efisiensi dalam pengaturan
segala fasilitas produksi dan area kerja.
Adapun
manfaat layout yaitu:
1.
Meningkatkan jumlah produksi
2.
Mengurangi waktu tunggu
3.
Mengurangi proses pemindahan bahan
4.
Penghematan penggunaan ruangan
5.
Efisiensi penggunaan fasilitas
6.
Mempersingkat waktu proses
7.
Meningkatkan kepuasan dan keselamatan kerja
8.
Mengurangi kesimpangsiuran
Jenis-jenis
layout:
a. Layout
produksi
b. Layout proses
c. Layout
posisi tetap
B.
SARAN
Perusahaan harus memikirkan
dengan baik strategi dan tata letak yang akan digunakan, karena penempatan tata
letak sangat berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sunyoto
Danang dan Wahyudi Danang, Manajemen Operasional, 2011, Jakarta : PT Buku Seru
Heizer Jay dan Barry
Render , Manajemen Operasi, 2009, Jakarta
: Salemba Empat
Haming Murdifin dan Nurnajamuddin mahfud, Manajemen Produksi
Modern, 2014 , Jakarta: PT Bumi Aksara
[1]
Danang Sunyoto dan Danang Wahyudi, Manajemen Operasional, ( Jakarta : PT Buku
Seru, 2011),hlm.77
[2] Jay heizer dan
Barry Render, Manajemen Operasi, ( Jakarta: Salemba empat, 2012),hlm.533
[3]
Prof.H.Murdifin Haming,SE.,M.Si dan Prof.Dr.H.Mahfud Nurnajamuddin,SE.M.M,
Manajemen Produksi Modern, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm.398
[4]
Danang sunyoto dan Danang Wahyudi, Manajemen Operasional…hlm.92
[5]
Jey Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi…hlm558
[6]
Danang sunyoto dan Danang Wahyudi, Manajemen Operasional…hlm.87
[7]
Jay heizer dan
Barry Render, Manajemen Operasi…hlm.540
Tidak ada komentar:
Posting Komentar